Mungkinkah Tuhan kita Yesus Kristus melakukan sesuatu yang kian menarik, kian mengagumkan dari pada mengumpulkan orang-orang hidup di amfiteater seperti mengumpulkan orang-orang dalam arena sirkus? Mengapa tak? Kristuslah yang menghendaki biar orang-orang Kristen dimakan sama binatang galak itu. Kristuslah yang dimakan oleh binatang-binatang buas itu. Bagaimana barangkali itu terjadi? Saya hanya bisa mengatakan bahwa tersebut semua ialah kehendak-Nya, Ia sudah mengerti segala substansi yang akan terjadi. Kristus bernubuat diantaranya nabi, bertutur seperti seorang pemazmur. “ mereka memasak tangan dan kakiku. Seluruh mata nun haus kadim di amfiteater tersebut menunjukkan kepada Kristus, pemenang dalam arena dengan kejam ini.
L: Ya Tuhan, kreator dan pendidik manusia, lindungilah kedua mempelai ini & persatukanlah itu dalam cita. L: Akur Tuhan, pemberi hidup dan sumber luput, berkatilah ke-2 mempelai tersebut dan hiburlah hati itu dalam anak-anaknya. L: Ya Tuhan, pemberi damai & kesejahteraan, dampingilah kedua mempelai ini, berilah hasil super kepada telatah mereka & peliharalah sanak mereka pada kerukunan. L: Ya Yang mahakuasa, pelindung & penyelamat abdi, tunjukkanlah belas kasihMu kepada kami seluruh dan limpahilah keluarga-keluarga kita dengan kurniaMu.
Hal tersebut ditegaskan pada Konstitusi Liturgi yang memberi alasan untuk pembaharuan di liturgi: “Sebab dalam sakramen terdapat unsur yang tidak dapat diubah karena ditetapkan oleh Yang mahakuasa, maupun unsur-unsur yang siap berubah, nun di seturut masa bisa atau terutama harus mengalami perubahan, takut-takut mungkin telah disusupi hal-hal yang kurang serasi secara inti hakekat liturgi otonom, atau sudah menjadi redup cocok” (SC. 21). Dari ungkapan ini dapat dimengerti bahwa inkulturasi dipandang perlu karena tersedia bagian-bagian liturgi yang dapat saja disusupi hal-hal dengan sebenarnya tak cocok dengan liturgi serupa ungkapan kepatuhan yang sejahtera.
Jika tersebut sudah bisa menerima rombongan ini secara baik, oleh karena itu keluarga tersebut pula secara sendirinya dapat menjalin muncul atau pertalian dengan umat pada umumnya. Kebanyakan nun terjadi dalam lapangan, keluarga sulit untuk menjalin persahabatan dengan umat lainnya, sebab tidak terdapat penerimaan dari umat ini sendiri. Beserta demikian itu merasa minder. Jika petugas pastoral sudah bisa memberikan keterangan dan arahan kepada umat di umumnya, secara demikian umat itu yang akan menjemput keluarga tersebut untuk berpartisipasi secara berperan dalam roh gereja dalam lingkungan sekitar. Contoh dengan paling terbuka adalah sukma wilayah rohani ataupun kesigapan kategorial yang lain.